Kamis, 08 Desember 2011

Puisi Sang Pujangga

Sinar senja begitu merahnya
Seakan langit terluka bersama sang pujangga
Berlumur darah karyanya tertulis
Dalam kertas lusuh yang terakhir
Yang terakhir….
Bersandar di nisannya
Ia terbata mengkhayalkannya
Sinar mata sang putri tidur
Yang kini terbangun
Mengutuk gelapnya petang
Gemetar memandang bayangnya
Kecantikan poros tubuh
Dan indahnya rambut cermin bulan
Betapa mengerikannya…
Keindahan yang mencabut nyawa
Dengan kata bertinta darah
Entah bukan dendam ia tuliskan
Meski luka yang ia dapatkan
Begitu dalam….
Kata terakhir….
Hanya berupa sebaris frasa
Dan siapa pun ngeri membayangkannya
Sebuah frasa menjadi tanya
Pantaskah ini semua
Hanya demi sebuah frasa
Hilang sudah sebuah nyawa
Bukan dongeng sayang
Meski lelap karya ini
Membawamu ke alam mimpi
Tak seindah itu…
Hanya sepi sendiri…..

puisi hati

ku bertanya pada malam
ku bertanya pada bintang
sedang apa kau duhai sayangku
*
di sini angin menyampaikan
salammu salam sayang
salam sejuta cinta dan rindu
sabar sabar sabarlah sayangku
semua ini kan cepat berlalu
sebutlah namaku di setiap nafasmu
ku kan datang kepadamu sayang
panggil panggil aku segenap rasamu
dan rasakan aku membelaimu
pejamkanlah matamu
dan kau tenangkan hatimu
dan kau rasakan aku memelukmu
sabar sabar sabarlah sayangku
semua ini kan cepat berlalu
sebutlah namaku di setiap nafasmu
ku kan datang kepadamu sayang
panggil panggil aku segenap rasamu
dan rasakan aku membelaimu
(sebutlah namaku di setiap nafasmu
ku kan datang kepadamu sayang
panggil panggil aku segenap rasamu
dan rasakan aku membelaimu)
sebutlah namaku di setiap nafasmu
ku kan datang kepadamu sayang
panggil panggil aku segenap rasamu
dan rasakan aku membelaimu


Ibu

tiap kali kaki ini melangkah
menapak sudut-sudut kehidupan sunyi
sayu angin mengalih pandang
pada sebentang kenangan ditanah kelahiran


pada kata-kata yang kusinggahi
ada harapan yang ku capai
berbekal doa dan air mata bunda
kutelan pil derita tanpa rasa


ketika bulan sendri di langit kaca
aku termenung disudut malam
malagu sendu sembari menekuri langkahku
ada ratap sendu
membisu disenja ungu
memutihkan sari sari kerinduan


duh ibu . . .
ketika hatiku memelas
mengombak getir hidupku
ketika warna warni luntur
terinjak-injak dikeramaian pasar
aku teringat pada kasihmu
itulah ibu . . .
bidadari berselendang biang lala
menghijau dihatiku yang gersang . . .




By : nyongkers(Ahmad Thoni)

welcom