Selasa, 29 Januari 2013

Allah sedang menguji kita?


Sering kita beranggapan ketika kita ditimpa kesusahan maka kita sedang mendapat musibah atau cobaan dari Allah. Jarang sekali kita mengatakan bahwa nikmat yang diberikan Allah itu sebenarnya juga merupakan ujian dari Allah. Ada diantara kita yang sanggup menghadapi ujian itu dan ada pula yang tegar dan sabar menghadapinya.
Allah mencintai hamba-hambaNya dengan cara yang unik dan berbeda-beda. Semakin tinggi ketakwaan seorang hamba, semakin unik cara Dia mencintainya. Salah satunya adalah Nabi Ayub. Seorang nabi yang diuji oleh allah dengan harta, keluarga serta badannya.
Suatu saat ketika para malaikat membicarakan manusia dan sejauh mana mereka beribaah kepada Allah. Salah seorang di antara mereka berkata: “Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayub. Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada Allah SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di jalan-Nya.” Setan mendengarkan pembicaraan para malaikat lalu mereka mencoba mendatangi nabi Ayub untuk menggodanya. Tetapi karena keimanannya kepada Allah setan kesulitan mendapatkan jalan untuk mengganggunya.
Ketika setan berputus asa dari mengganggu Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT: “Ya Rabbi, hambaMu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikanMu namun, ia menyembahMu bukan karena cinta, tapi ia menyembahMu karena kepentingan-kepentingan tertentu. Ia menyembahMu sebagai balasan kepadaMu karena Engkau telah memberinya harta dan anak dan Engkau telah memberinya kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya. Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni karena cinta.”
Lalu Allah pun berkata kepada iblis “Sesungguhnya Ayub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayub menjadi teladan dalam keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya. Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang engkau lakukan.”
lalu Iblis pun datang kepada nabi Ayub lalu menghancurkan semua harta-hartanya. Keadaan nabi Ayub sekarang menjadi fakir. lalu nabi Ayub pun berkata “Oh musibah dari Allah SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana Dia saat ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat selama beberapa masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya, dan Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah SWT. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya.”
Setelah usahanya gagal iblis datang kepada Allah lalu meminta ijin untuk membunuh anak-anak Nabi Ayub. Dengan izin Allah, iblis dibolehkan berbuat apapun kepada anak Ayub. Lalu iblispun menggoncangkan rumah Nabi Ayub sehingga anak-anak Nabi Ayub meninggal semua.
Melihat keadaan itu nabi Ayub pun berdoa kepada Allah dan menyeru: “Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu karena kesabaran Nabi Ayub.
Tidak cukup sampai disitu Iblis meminta izin lagi kepada Allah untuk mengganggu badan Nabi Ayub sehingga sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya mengucilkan kecuali isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap memuji Allah SWT saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT.
Maha suci Allah yang telah menciptakan manusia semulia Ayub. Ia tak pernah membenci Allah dengan takdirnya, tak pula ia merasa bahwa Tuhan yang dicintainya itu tak adil terhadapnya. Semakin berat sakit yang dirasa, semakin cinta Ayub kepada Allah. Dan mulianya Ayub, semakin parah penyakitnya semakin ia tersenyum. Allah dan para malaikat pun kan tersenyum oleh kesabaran lelaki mengagumkan itu.

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad: 44)

Nabi Ayub tetap ingat Allah dalam keadaan suka dan duka. Ketika dalam keadaan suka ia tetap mengingat dan mensyukuri nikmat-nikmat yang diberikan Allah. Ketika dalam duka iapun tetap sabar, ikhlas dan keimanan beliau malah semakin bertambah.
Berbeda dengan kita, ketika kita ingin mencapai suatu kenikmatan dariNya kita sering berdoa meminta kepada allah. Sholat, zakat, puasa dan amalan-amalan lain rela kita lakukan tetapi setelah Allah memberikan kenikmatan kepada kita, kita perlahan-lahan “melupakanNya”.
Musibah yang menimpa kita menandakan cinta Allah kepada kita. Musibah merupakan pertanda Allah kepada kita untuk kembali “mengingatNya”. Allah takut kalau kita menjadi orang lalai karena kenikmatan; kenikmatan yang diberikanNya. Maka dari itu sabar dan ikhlaslah dalam menghadapi cobaan dari Allah. Jangan sedih ketika ada musibah dan jangan lalai ketika ada nikmat.
Allah SWT berfirman:

“Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: (‘Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.’ Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. al-Anbiya’: 83-84)

Sambutlah saat duka cita Sebagai karunia,
Karena suka maupun duka Datang daripadaNya.
Bila itu datang dari Dia, Mengapa menolaknya?
Tuhan selalu menyertai kita Dan mengawasi kita.
Bila duka cita membawa manfaat, Ia memberi duka cita;
Bila suka cita membawa manfaat, Ia memberi suka cita.
Kedua-duanya kita peroleh Sesuai kehendakNya
Jangan bersedih karena duka
Dan jangan lalai ketika suka

                                                                                                Simber : www.al-shia.org

Nabi Ayub Diuji Allah SWT



Dengan berbagai cara gangguan, akhirnya berhasillah kawanan syaitan itu menghancurkan-luluhkan kekayaan Ayyub, yang dimulai dengan haiwan-haiwan ternakannya yang bergelimpangan mati satu persatu sehingga habis sama sekali, kemudian disusul ladang-ladang dan kebun-kebun tanamannya yang rusak menjadi kering dan gedung-gedungnya yang terbakar habis dimakan api, sehingga dalam waktu yang sangat singkat sekali Ayyub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang papa miskin tidak memiliki selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang besar.


Setelah berhasil menghabiskan kekayaan dan harta milik Ayyub datanglah Iblis kepadanya menyerupai sebagai seorang tua yang tampak bijaksana dan berpengalaman dan berkata: “Sesungguhnya musibah yang menimpa dirimu sangat dahsyat sekali sehingga dalam waktu yang begitu sempit telah habis semua kekayaanmu dan hilang semua harta kekayaan milikmu. Kawan-kawanmu merasa sedih sedang musuh-musuhmu bersenang hati dan gembira melihat penderitaan yang engkau alami akibat musibah yang susul-menyusul melanda kekayaan dan harta milikmu. Mereka bertanya-tanya, gerangan apakah yang menyebabkan Ayyub tertimpa musibah yang hebat itu yang menjadikannya dalam sekelip mata kehilangan semua harta miliknya. Sementara orang dari mereka berkata bahawa mungkin karena Ayyub tidak ikhlas dalam ibadah dan semua amal kebajikannya dan ada yang berkata bahawa andaikan Allah, Tuhan Ayyub, benar-benar berkuasa, nescaya Dia dapat menyelamatkan Ayyub dari malapetaka, mengingat bahawa ia telah menggunakan seluruh waktunya beribadah dan berzikir, tidak pernah melanggar perintah-Nya . Seorang lain menggunjing dengan mengatakan bahawa mungkin amal ibadah Ayyub tidak diterima oleh Tuhan, karena ia tidak melakukan itu dari hati yang bersih dan sifat ria dan ingin dipuji dan banyak lagi cerita-cerita orang tentang kejadian yang sangat menyedihkan itu. Akupun menaruh simpati kepadamu, hai Ayyub dan turut bersedih hati dan berdukacita atas nasib yang buruk yang engkau telah alami.”

Iblis yang menyerupai sebagai orang tua itu, mengakhiri kata-kata hasutannya seraya memperhatikan wajah Ayyub yang tetap tenang berseri-seri tidak menampakkan tanda-tanda kesedihan atau sesalan yang ingin ditimbulkan oleh Iblis dengan kata-kata racunnya itu. Ayyub berkata kepadanya : “Ketahuilah bahawa apa yang aku telah miliki berupa harta benda, gedung-gedung, tanah ladang dan haiwan ternakan serta lain-lainnya semuanya itu adalah barangan titipan Allah yang diminta-Nya kembali setelah aku cukup menikmatinya dan memanfaatkannya sepanjang masa atau ibarat barang pinjaman yang diminta kembali oleh tuannya jika saatnya telah tiba. Maka segala syukur dan puji bagi Allah yang telah memberikan kurniaan-Nya kepadaku dan mencabutnya kembali pula dari siapa yang Dia kehendaki dan mencabutnya pula dari siapa saja yang Dia suka. Dia adalah yang Maha Kuasa mengangkat darjat seseorang atau menurunkannya menurut kehendak-Nya. kami sebagai hamba-hamba makhluk-Nya yang lemah patut berserah diri kepada-Nya dan menerima segala qadha’ dan takdir-Nya yang kadang kala kami belum dapat mengerti dan menangkap hikmah yang terkandung dalam qadha’ dan takdir-Nya itu.”

Selesai mengucapkan kata-kata jawabnya kepada Iblis yang sedang duduk tercenggang di depannya, menyungkurlah Ayyub bersujud kepada Allah memohon ampun atas segala dosa dan keteguhan iman serta kesabaran atas segala cobaan dan ujian-Nya.
Iblis segera meninggalkan rumah Ayyub dengan rasa kecewa bahawa racun hasutannya tidak termakan oleh hati hamba Allah yang bernama Ayyub itu. Akan tetapi Iblis tidak akan pernah berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah nyatakan di hadapan Allah dan malaikat-Nya bahawa ia akan berusaha menyesatkan Bani Adam di mana saja mereka berada. Ia merencanakan melanjutkan usaha gangguan dan godaannya kepada Ayyub lewat penghancuran keluarganya yang sedang hidup rukun, damai dan saling hidup cinta mencintai dan harga menghargai. Iblis datang lagi menghadap kepada Tuhan dan meminta izin meneruskan usahanya mencoba Ayyub. Berkata ia kepada Tuhan: “Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh hasutanku dan sedikit pun tidak goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meski pun ia sudah kehilangan semua kekayaannya dan kembali hidup papa dan miskin karena ia masih mempunyai putera-putera yang cekap yang dapat ia andalkan untuk mengembalikan semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidupnya di hari tuanya. Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah yang mengenai harta kekayaannya mengenai keluarganya pula, apa lagi bila ia sangat sayang dan mencintai, maka izinkanlah aku mencoba kesabarannya dan keteguhannya kali ini melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap keluarganya dan putera-puteranya yang ia sangat sayang dan cintai itu.”

Allah meluluskan permintaan Iblis itu dan berfirman: “Aku mengizinkan engkau mencoba sekali lagi menggoyahkan hati Ayyub yang penuh iman, tawakkal dan kesabaran itu dengan caramu yang lain, namun ketahuilah bahawa engkau tidak akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan iman Ayyub dan menipiskan kepercayaannya kepada-Ku.”

Iblis lalu pergi bersama pembantu-pembantunya menuju tempat tinggal putera-putera Ayyub di suatu gedung yang penuh dengan sarana-sarana kemewahan dan kemegahan, lalu digoyangkanlah gedung itu hingga roboh berantakan menjatuhi dan menimbuni seluruh penghuninya. Kemudian cepat-cepatlah pergi Iblis mengunjungi Ayyub di rumahnya, menyerupai sebagai seorang dari kawan-kawan Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan menyatakan turut berdukacita atas musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata kepada Ayyub dalam takziahnya: “Hai Ayyub, sudahkah engkau melihat putera-puteramu yang mati tertimbun di bawah runtuhan gedung yang roboh akibat gempa bumi? Kiranya, wahai Ayyub, Tuhan tidak menerima ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu sebagai imbalan bagi amal solehmu dan sujud rukukmu siang dan malam.”

Mendengar kata-kata Iblis itu, menangislah Ayyub tersedu-sedu seraya berucap: “Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut.”

Iblis keluar meninggalkan Ayyub dalam keadaan bersujud munajat dengan rasa jengkel dan marah kepada dirinya sendiri karena telah gagal untuk kedua kalinya memujuk dan menghasut Ayyub. Ia pergi menghadap Tuhan dan berkata: “Wahai Tuhan, Ayyub sudah kehilangan semua harta benda dan seluruh kekayaannya dan hari ini ia ditinggalkan oleh putera-puteranya yang mati terbunuh di bawah runtuhan gedung yang telah kami hancurkan , namun ia masih tetap dalam keadaan mentalnya yang kuat dan sehat. Ia hanya menangis tersedu-sedu namun batinnya, jiwanya, iman dan kepercayaannya kepada-Mu tidak tergoyah sama sekali. Izinkan aku mencobanya kali ini mengganggu kesehatan bandanya dan kekuatan fizikalnya, karena jika ia sudah jatuh sakit dan kekuatannya menjadi lumpuh, nescaya ia akan mulai malas melakukan ibadah dan lama-kelamaan akan melalaikan kewajibannya kepada-Mu dan menjadi lunturlah iman dan akidahnya.”

Allah tetap menentang Iblis bahwa ia tidak akan berhasil dalam usahanya menggoda Ayyub walau bagaimana pun besarnya musibah yang ditimpakan kepadanya dan bagaimana pun beratnya cobaan yang dialaminya. Karena Allah telah menetapkan dia menjadi teladan kesabaran, keteguhan iman dan ketekunan beribadah bagi hamba-hamba-Nya. Allah berfirman kepada Iblis: “Bolehlah engkau mencoba lagi usahamu mengganggu kesehatan badan dan kekuatan fizikal Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu dan menghamba pilihan-Ku ini.”

Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih baksil penyakit ke dalam tubuh Ayyub. Kuman ysng ditaburkan itu segera mengganyang kesehatan Ayyub yang menjadikan ia menderita berbagai-bagai penyakit, deman panas, batuk dan lain-lain lagi sehingga menyebabkan badannya makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik . Ianya akhir dijauhi oleh orang-orang sekampungnya dan oleh kawan-kawan dekatnya, karena penyakit Ayyub dapat menular dengan cepatnya kepada orang-orang yang menyentuhnya atau mendekatinya. Ia menjadi terasing daripada pergaulan orang di tempatnya dan hanya isterinyalah yang tetap mendampinginya, merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang, melayani segala keperluannya tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal hati dari penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh itu.

Iblis memperhatikan Ayyub dalam keadaan yang sudah amat parah itu tidak meninggalkan adat kebiasaannya, ibadahnya, zikirnya, ia tidak mengeluh, tidak bergaduh, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya bila ia merasakan sakit. Iblis merasa kesal hati dan jengkel melihat ketabahan hati Ayyub menanggung derita dan kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian. Iblis kehabisan akal, tidak tahu apa usaha lagi yang harus diterapkan bagi mencapai tujuannya merusakkan aqidah dan iman Ayyub. Ia lalu meminta bantuan fikiran dari para kawan-kawan pembantunya, apa yang harus dilakukan lagi untuk menyesatkan Ayyub setelah segala usahanya gagal tidak mencapai sasarannya.

Bertanya mereka kepadanya: “Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu yang ampuh serta kelincinanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang biasanya tidak pernah sia-sia?” Seorang pembantu lain berkata: “Engkau telah berhasil mengeluarkan Adam dari syurga, bagaimanakah engkau lakukan itu semuanya sampai berhasilnya tujuanmu itu?. Dengan memujuk isterinya”, jawab Iblis. “Jika demikian” berkata syaitan itu kembali, “Laksanakanlah siasat itu dan terapkanlah terhadap Ayyub, hembuskanlah racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawatnya, namun masih tetap patuh dan setia.”

“Benarlah dan tepat fikiranmu itu,” kata Iblis, “Hanya tinggal itulah satu-satu jalan yang belum aku coba. Pasti kali ini dengan cara menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan akan maksudku selama ini.” Dengan rencana barunya pergilah Iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar sebagai seorang kawan lelaki yang rapat dengan suaminya. Ia berkata kepada isteri Ayyub: “Apa khabar dan bagaimana keadaan suamimu di ketika ini?”Seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah suaminya, berkata isteri Ayyub kepada Iblis itu, tamunya: “Itulah dia terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam keadaan parah, mati tidak hidup pun tidak.”


KISAH NABI AYUB


Nabi Ayub as menggambarkan sosok manusia yang paling sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak kesabaran. Sering orang menisbatkan kesabaran kepada Nabi Ayub. Misalnya, dikatakan: seperti sabarnya Nabi Ayub. Jadi, Nabi Ayub menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau teladan kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap agama, dan pada setiap budaya. Allah SWT telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)
Yang dimaksud al-Aubah ialah kembali kepada Allah SWT. Nabi Ayub adalah seseorang yang selalu kembali kepada Allah SWT dengan zikir, syukur, dan sabar. Kesabarannya menyebabkan beliau memperoleh keselamatan dan rahasia pujian Allah SWT padanya.
Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan bahwa beliau terkena penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya. Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub: "Maka keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub terkena suatu luka yang sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai kepalanya." Tentu kita menolak semua ini sebagai suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak mentolerir jika itu dianggap sebagai perbuatan seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat: "Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan kita," sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah SWT menciptakan Adam as. Maka, kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di hadapan suatu hakikat.
Lalu, bagaimana hakikat sakitnya Nabi Ayub dan bagaimana kisahnya? Yang populer tentang cobaan Nabi Ayub dan kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat di bumi berbicara sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka. Salah seorang di antara mereka berkata: "Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayub. Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada Allah SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di jalan-Nya." Setan mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa terganggu dengan hal itu. Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayub dalam rangka berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayub adalah seorang Nabi di mana hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada Allah SWT sehingga setan tidak mungkin mendapatkan jalan untuk mengganggunya.
Ketika setan berputus asa dari mengganggu Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT: "Ya Rabbi, hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu bukan karena cinta, tapi ia menyembah-Mu karena kepentingan-kepentingan tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu karena Engkau telah memberinya harta dan anak dan Engkau telah memberinya kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya. Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni karena cinta."
Riwayat tersebut mengatakan bahwa Allah SWT berkata kepada iblis: "Sesungguhnya Ayub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayub menjadi teladan dalam keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya. Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang engkau lakukan."
Akhirnya, setan pergi dan mendatangi tanah Nabi Ayub dan berbagai tanaman dan kenikmatan yang dimilikinya. Kemudian setan itu menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayub pun berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu apa tindakan Nabi Ayub. Nabi Ayub berkata: "Oh musibah dari Allah SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana Dia saat ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat selama beberapa masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya, dan Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah SWT. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya." Kemudian Nabi Ayub sujud dan Iblis tampak tercengang melihat pemandangan tersebut.
Lalu setan kembali kepada Allah SWT dan berkata: "Ya Allah, jika Ayub tidak menerima nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan tidak mendapatkan musibah kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai bentuk usahanya karena ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui mereka kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan yang lebih mudah." Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT membolehkan bagi setan untuk berbuat apa saja kepada anak-anak Ayub. Kemudian setan menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya tinggal sehingga mereka semua terbunuh. Dalam keadaan demikian, Nabi Ayub berdialog kepada Tuhannya dan menyeru: "Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu."
Iblis kembali menemui Allah SWT dan mengatakan bahwa Ayub dapat bersabar karena badannya sehat. Seandainya Engkau memberi kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk mengganggu badannya niscaya dia akan berhenti dari kesabarannya. Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayub. Dikatakan bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayub dari kepalanya sampai kakinya sehingga Nabi Ayub sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya meninggalkannya kecuali isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap memuji Allah SWT saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT.
Melihat pemandangan itu, amarah setan semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Di sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari pakar-pakar dan ia menceritakan tentang kisah Ayub dan meminta mereka mengeluarkan pendapat—setelah ia menyampaikan rasa putus asanya saat menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya dan syukurnya.
Salah seorang setan berkata: "Sungguh engkau telah mengeluarkan Adam bapak manusia dari surga, lalu darimana engkau mendatanginya? Oh, yang engkau maksud adalah Hawa?" Terbukalah di hadapan Iblis suatu ide yang baru. Lalu ia pergi ke istri Ayub dan memenuhi hatinya dengan rasa putus asa sehingga ia pergi ke Ayub dan berkata padanya: "Sampai kapan Allah SWT menyiksamu? Di mana harta, keluarga, teman dan kaum kerabat? Di mana masa jayamu dan kemuliaanmu dahulu?"
Mendengar perkataan isterinya itu, Nabi Ayub menjawab: "Sungguh engkau telah dikuasai oleh setan. Mengapa engkau menangisi kemuliaan yang telah berlalu dan anak yang telah mati?" Perempuan itu berkata: "Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan cobaan darimu dan menyembuhkanmu serta menghilangkan kesedihannmu?" Nabi Ayub berkata: "Berapa lama kita merasakan kebahagiaan?" Istrinya menjawab: "Delapan tahun." Ayub berkata: "Berapa lama kita mendapat penderitaan?" Istrinya menjawab: "Tujuh tahun." Ayub berkata: "Aku malu jika aku meminta agar Allah SWT melepaskan penderitaanku ketika aku melihat masa kebahagiaanku. Sungguh imanmu tampak melemah dan keputusan Allah SWT membuat hatimu menjadi sempit. Seandainya aku sembuh dan kembali kepada kekuatanku, niscaya aku akan memukulmu dengan seratus kali pukulan dari tongkat. Sejak hari ini, aku tidak memakan dari makananmu dan dari minumanmu atau memerintahkanmu untuk melakukan suatu urusan. Maka pergilah kau dariku."
Akhirnya, isteri Nabi Ayub pergi sehingga Nabi Ayub tinggal sendirian dalam keadaan sabar menanggung penderitaanya. Penderitaan yang seandainya ditimpakan kepada gunung niscaya gunung tidak akan mampu menahannya. Kemudian Nabi Ayub berdoa kepada Allah SWT dalam keadaan penuh kasih sayang dan meminta belas kasih kepada-Nya. Beliau berdoa agar Allah SWT menyembuhkannya. Dan akhirnya, doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Demikianlah riwayat yang populer berkenaan dengan penderitaan Nabi Ayub dan kesabarannya.
Menurut hemat kami riwayat ini palsu karena ia sesuai dengan teks Taurat yang menjelaskan sakitnya Nabi Ayub. Begitu juga kami tidak menerima jika dikatakan bahwa penyakitnya sangat buruk sekali yang menyebabkan masyarakat lari darinya sebagaimana dikatakan oleh dongeng-dongeng kuno. Bagi kami, riwayat semacam itu bertentangan dengan kedudukan kenabian. Yang perlu kita perhatikan dan perlu kita pastikan adalah apa-apa yang telah disampaikan oleh Al-Qur'an berkenaan dengan cerita Nabi Ayub. Al-Qur'an adalah kitab satu-satunya yang pasti benar yang tiada kebatilan di depan dan di belakangnya.
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ('Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. al-Anbiya': 83-84)
Kita telah memahami bahwa Nabi Ayub adalah hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah SWT. Allah SWT menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia ditinggalkan oleh istrinya dan keluarganya sehingga ia merasakan arti kesunyian dan kesendirian lalu ia ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya, tetapi beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur kepada Allah SWT.
Sakit yang dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayub merasakan segi tiga penderitaan. Segi tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit, kesedihan, dan kesendirian. Di saat beliau mendapat cobaan seperti itu, pada suatu hari datang pada beliau salah satu pemikiran setan. Pikiran itu berputar-putar di relung hatinya; pikiran itu mengatakan padanya, wahai Ayub penyakit ini dan penderitaan yang engkau rasakan oleh karena godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar dalam satu hari saja niscaya penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah SWT mencintainya niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat. Demikianlah pemikiran yang jahat itu. Setan tidak mampu untuk mengganggu seseorang kecuali dengan izin Allah SWT sebagaimana Allah SWT tidak menjadikan cinta-Nya kepada manusia identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah SWT menguji mereka sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Pikiran setan itu berputar di sekitar hati Nabi Ayub seperti berputarnya lalat di musim panas di sekitar kepala manusia, namun beliau mampu menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada dirinya beliau berkata: "Keluarlah hai setan! Sungguh aku tidak akan berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah." Akhirnya, pikiran jahat itu dengan rasa putus asa keluar dari akal Nabi Ayub. Nabi Ayub duduk dalam keadaaan marah karena setan berani untuk mengganggunya. Beliau membayangkan bahwa boleh jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya, penderitaannya, dan penyakitnya.
Istri Nabi Ayub datang dalam keadaan terlambat dan mendapati Nabi Ayub dalam keadaan marah. Istrinya itu menutupi kepalanya dengan suatu kain tertutup. Istri Nabi Ayub menghadirkan atau menghidangkan makanan yang baik untuknya. Nabi Ayub bertanya padanya: "Dari mana engkau mendapati uang?" Nabi Ayub telah bersumpah akan memukulnya seratus kali pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh, tetapi kesabarannya sungguh sangat luas seperti sungai yang besar. Dan di waktu sore, setelah mengetahui kehalalan makanan yang dihidangkan, beliau pun memakannya. Kemudian Nabi Ayub keluar menuju ke gunung dan berdoa kepada Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman): 'Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayuh) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya)." (QS. Shad: 41-44)
Bagaimana kita memahami perkataan Nabi Ayub, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan."? Nabi Ayub ingin mengadukan kepada Tuhannya perihal keberanian setan padanya di mana setan membayangkan bahwa ia dapat mengganggunya. Nabi Ayub tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah datang karena pengaruh setan.
Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan kemaksuman para nabi dan kesempumaan mereka. Allah SWT memerintahkan beliau untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah SWT memerintahkannya agar beliau minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayub melaksanakan perintah ini dan mandi serta minum. Belum lama beliau minum pada tegukan yang terakhir sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari penyakitnya. Kemudian suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal seperti biasanya. Allah SWT memberikan kepada Ayub dan keluarganya dan orang-orang yang seperti mereka suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayub tidak kembali sendirian. Allah SWT memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga Ayub tidak menjadi fakir.
Nabi Ayub kembali mendapatkan kesehatannya setelah lama merasakan penderitaan dan sakit; Nabi Ayub bersyukur kepada Allah SWT. Beliau telah bersumpah untuk memukul istrinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh. Sekarang beliau sembuh maka Allah SWT mengetahui bahwa beliau tidak bermaksud untuk memukul istrinya. Namun agar beliau tidak sampai melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah SWT memerintahkannya agar segera mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan yang berjumlah seratus dan hendaklah beliau memukulkan itu kepada istrinya dengan sekali pukulan. Dengan demikian, beliau telah memenuhi sumpahnya dan tidak berbohong. Allah SWT membalas kesabaran Ayub dan memujinya dalam Al-Qur'an sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)

Selasa, 22 Januari 2013

Ahmad Pulang Ke Hadapan-MU



Saya punya adik sepupu, namanya Ahmad. Dia putra bungsu tante saya. Hubungan kami berdua sangat dekat, karena memang sedari kecil kami sering main bareng. Kebetulan rumah kami memang berdekatan, baik ketika masih di Lombok dulu, maupun setelah pindah ke Jogja.
Ahmad masih muda, remaja yang sedang berkembang. Penampilannya keren dan dinamis. Senang olahraga dan bermain musik. Ketika sedang menikmati masa mudanya, tak disangka, pada Januari 2011 lalu, dia mendadak jatuh sakit. Ternyata penyakit yang ia derita nggak main-main, tumor otak. Astaga….
Di rumah sakit, Ahmad hanya bisa terbaring di kasur, mengaduh kesakitan seraya memegang kepalanya. Saya sungguh nggak tega ngeliatnya…. Pasti dia kesakitan banget, karena setahu saya selama ini dia itu jarang mengaduh, meskipun sedang sakit….
Secara medis, dokter bilang tumor yang diderita Ahmad nggak bisa diangkat lewat operasi, sebab risikonya sangat tinggi. Kemungkinan sembuhnya sangat sangat sangat kecil. Keluarga besar kami sangat kaget mendengar kabar itu. Saya kurang paham dunia medis, tapi yang saya dengar, tumor yang diderita Ahmad merupakan tumor bawaan lahir, menempel erat di bagian otak yang… saya nggak tahu kata apa yang paling tepat untuk menggambarkannya. Mungkin bisa kita pakai kata krusial.
Intinya, kalau tumor itu diambil, risikonya kalau nggak lumpuh ya meninggal. Tindakan paling baik yang bisa dilakukan adalah menghambat pertumbuhan tumor itu dengan obat-obatan, sambil tentunya berdoa dan mengharap keajaiban.
Setelah keluar dari rumah sakit, keadaan Ahmad berubah total. Fisiknya lemah, responsnya lambat, daya ingatnya menurun drastis, dan keceriaannya hilang. Saya serasa bermimpi dan hampir nggak percaya melihat kondisinya itu. Keadaan berubah begitu cepat. Rasanya baru kemarin saya melihat dia jalan-jalan dengan pacarnya, naik sepeda motor keliling kota. Mendadak dia tidak bisa apa-apa dan harus menahan sakit di kepalanya.
Setelah 6 bulan tersiksa dengan penyakit itu, Ahmad dipanggil Tuhan, tepatnya pada akhir Juni lalu. Sampai detik ini saya masih setengah nggak percaya. Dia masih muda banget, umurnya masih 25 tahun. Sungguh, akhir tahun lalu Ahmad itu adalah pemuda yang aktif, cakep, keren, dan ceria. Asyik menikmati hidup dan kebahagiaan masa muda. Masalah umur atau kematian mungkin sama sekali nggak terpikirkan, seperti kita saat ini. Tapi, kehendak Tuhan memang siapa yang tahu….
Tahun 2009 yang lalu, nenek saya meninggal, dan kami para cucu, termasuk Ahmad, yang mengangkat peti nenek menuju ke pemakaman. Tahun 2011 ini, di rumah duka yang sama, kami para cucu nenek, tanpa Ahmad, kembali mengangkat peti menuju ke pemakaman, kali ini mengantar saudara sepupu kami tercinta….
Selamat jalan Ahmad…. Selamat jalan saudaraku…. Doa kami menyertaimu….
ahmad:foto terakhir kami,(satu dari kanan)
Umur manusia nggak ada yang tahu. Mari kita manfaatkan waktu yang kita punya ini sebaik-baiknya, karena kita tidak tahu kapan waktu itu akan berakhir….

Hidup Dengan Derita.


Dulu waktu saya tinggal di Karawang, saya mempunyai seorang teman. Dia teman kerja saya. Namanya Endang, aslinya orang Tasikmalaya, gak aslinya orang Utan hehe..
Persahabatan kami ini didasari oleh satu lingkungan pekerjaan dan satu kesamaan hobi. Hobi kami saat itu yaitu bicara filsafat dan melakukan perjalanan.
Suatu hari kami jalan-jalan ke Curug Cigentis yang terletak di Selatan Karawang. Curug Cigentis ini masuk ke wilayah Desa Loji, Kecamatan Pangkalan. Perjalanan ke tempat ini, jika ditempuh dengan motor kurang lebih 1 jam.
Jika anda tertarik untuk datang ke Curug Cigentis, bagi yang suka naik angkutan umum anda bisa berhenti di Karawang Barat seandainya angkutan umum tersebut lewat toll. Selepas pintu gerbang toll ada jembatan, kita turun dari jembatan tersebut karena biasanya bus antarkota berhenti disini.
Di bawah jembatan biasanya sudah menanti mobil elf yang akan membawa kita ke Loji-Pangkalan. Mengenai tarif, saya tidak bisa memberikan info lebih lanjut karena terakhir saya kesana sudah beberapa tahun lalu.
Pada waktu itu kami duduk-duduk di depan pintu loket. Karena untuk masuk ke Curug Bigentis, kita mesti bayar biaya retribusi. Kami bertemu dengan penjaga loket tersebut yang saya tidak tahu namanya, maklum dia bukan cewek sih…. Hehehe. Kami mengobrol dengan beliau karena tertarik dengan tongkatnya. Ajaib kali yah tongkatnya, hingga kami tertarik sama tongkatnya. Haha tambah ngaco nih cerita.
Memang ajaib tuh tongkat. Ini kami ketahui setelah kami mengobrol dengan beliau. Katanya ini tongkat bisa mengusir ular. Wow… kami yang anak muda ini merasa tertarik pengen memiliki. Memang pada saat itu yang ada di pikiran kami begitu, padahal kalo sekarang mah pasti saya mikir, buat apa punya tongkat pengusir ular, wong kita hidup di kota bukan di kampung. Maklumlah bang, anak muda kan pengennya eksis.
Lanjut ama cerita. Nah, si tongkat sakti ini konon katanya ngedapetinnya di Gunung Sangga Buana. Wuih, tambah menarik lagi bagi kami nih cerita. Kami terus bertanya bagaimana agar kami bisa kesana dan ke arah mana. Beliau dengan senang hati menunjukkan arahnya.
Kata beliau, jika kita berjalan ke Curug Cigentis, maka di Kampung terakhir menuju kesini ada dua jalan. Yang ke kiri jalan menuju Curug Cigentis, sedangkan jika ke kanan, maka kita akan menemukan jalan menuju SanggaBuana bahkan ke Cianjur. Akhir dari obrolan itu, saya dan Endang berkomitmen untuk melakukan perjalanan ke sana di waktu mendatang.
Dan Alhamdulillah, akhirnya saat yang dinanti tiba juga. Setelah persiapan dengan berbagai bekal kami berangkat juga. Berbunga-bunga rasanya karena bakal jalan-jalan dan menemukan pengalaman baru.
Singkat cerita kami tiba di Desa Loji, sesuai petunjuk si Bapak penjaga itu, di dusun terakhir yang kami temui kami mengambil jalur kanan. Ternyata jalur ini adalah jalur sawah, pantesan kami kemaren tidak melihat jalur ini.
Setelah sawah habis, kita akan menemukan bebukitan. Setelah bebukitan dilewati baru kita menemukan pegunungan. Rute ini memaksa kami sering melakukan banyak istirahat karena kami yang jarang olehraga ini sering kecapean. Maklumlah…biasa olahraga tangan di kamar mandi sih…hahaha… ssst jangan bilang-bilang sapa-sapa.
Ada kejadian unik ketika kami selepas mendaki bukit pesawahan. Saat itu kami yang kecapean, duduk-duduk sambil beristirahat dan tidak lupa photo-photo sambil makan bekal. Tiba-tiba datang rombongan yang terdiri dari seorang kakek tua, seorang wanita berusia enam belas tahunan dan seorang lagi saya lupa cewek cowoknya dan tua atau mudanya.
Waktu itu kami sedang photo-photo, tiba-tiba si kakek menghampiri dan minta photo bareng. Kita melongo dan mata kami saling pandang sambil mengulum senyum. Aih ada-ada saja nih si Kakek, ternyata dia pengen numpang eksis doang hahaha. Karena setelah photo bareng, dia dan gerombolannya langsung ngeloyor pergi..
Kakek .. kakek… eh kakek aku lupa loh ngga nanyain nama cucu kakek…hihi
Setelah si kakek dan gerombolannya menghilang, kami mendapatkan bahan omongan baru. Yaitu tentang keluguan dari si kakek yang minta photo bareng dan tentang kecepatan serta kekuatan mereka dalam melakukan perjalanan. Bayangkan, untuk mendaki kurang lebih 100 meter kami begitu kesulitan dan memerlukan waktu yang lama, tapi bagi mereka hanya dalam hitungan sekejap saja. Dan tahu-tahu sudah tidak terlihat oleh mata. Luar biasa….
Dan tau ngga, ternyata setelah kami mencapai puncak Gunung SanggaBuana, mereka ini tidak ada. Padahal jelas-jelas kami melihat mereka berjalan ke arah kaki Gunung Sanggabuana. Alah ma… jangan-jangan….tatuuuuut.
Setelah dirasa cukup beristirahat akhirnya kami melanjutkan perjalanan. Tiba di kaki gunung, mulai terasa seram. Di kaki gunung kami menemukan kuburan tua. Entah kuburan siapa. Saat itu kami tidak berpikiran apa-apa, yang ada adalah rasa heran, kok ada kuburan di sini dan sudah tua sekali kuburannya.
Ternyata perjalanan kami tambah berat ketika kami mulai mendaki gunung tersebut. Kami hanya bisa mengangkat kaki untuk sepuluh langkah, sisanya kami berhenti. Jalan setapaknya rapih, terdiri dari undakan bebatuan. Saya gak habis pikir, kok bisa naek ke atas gunung tapi ada undakan yang begitu rapih sedangkan hutannya masih begituh angker. Sampai sekarang, pikiran tersebut belum bisa saya temukan jawabannya.
Belum habis pertanyaan tersebut, ada pertanyaan baru lagi. Pertanyaan baru ini timbul setelah melihat rombongan orang datang menyusul kami. Salah satu dari mereka ada yang memanggul barang bawaan. Yang memanggul barang bawaan ini adalah orang upahan, porter bahasa kerennya. Oalaaaah Pak, ini sayah begituh terengah-engah dan capeknya setengah mati untuk mendaki gunung ini, lah ini Bapak enak-enakan memanggul barang, apa sih rahasianya. Dan saya tidak dapat menemukan jawabannya sampai sekarang, karena saya ngga bertanya sama dia hehe dudul.
Siksaan dating ketika hujan turun. Dimana dalam kondisi tanah kering kami kepayahan menaklukan medan, ini ditambah dengan hujan, luar biasa derita yang kami alami saat itu. Hehe lebay mode on.
Setelah delapan jam kami berjuang dengan memaksa kaki dan menguras tenaga akhirnya kami sampai juga di atas gunung. Segala penat letih dan sengsara seakan hilang begitu kami menginjak daratan puncak. Haha… daratan… kesannya abis dari laut. Namun begitulah bayangannya, ibarat lama terombang-ambing dilautan eh nemuin daratan. Gimana gak seneng coba.
Cuman kami terkejut, karena ternyata di atas puncak gunung banyak orang. Wuiiih… kami terbengong-bengong.. kok bisa?… Malah ada yang jualan kopi!! Ah peduli setan coy, liat kopi yang masih mengepul mulut ini langsung goyah, hidung langsung limbung. Dideketin lah tuh tukang kopi. Bang atu….seru saya.
Kopi yang saya pegang itu masih panas, namun karena habis kedinginan langsung saya seruput saja tuh kopi. Ajaib!! Kopinya tidak terasa panas menyengat, tapi panas biasa, yaitu panas yang bisa kita minum… ada-ada aja. Apa karena ilmu saya sudah tinggi sehingga air kopi panas ini tidak begitu panas di mulut. Hehe
Ternyata setelah kejadian itu baru saya tahu teorinya. Teorinya adalah titik didih air di dataran rendah dan dataran tinggi itu berbeda. Di puncak gunung, tekanannya lebih rendah dari normal (1 atm). Jadi, titik didih air pun jadi lebih rendah. Contohnya, pada ketinggian 10.000 kaki, titik didih menjadi 90 C. Itulah kenapa air lebih cepat mendidih di puncak gunung daripada di dataran rendah.
Setelah ngupi, saya melihat-lihat sekeliling. Terkaget-kaget saya mendapati kenyataan di sekeliling puncak gunung ini. Saya tidak bisa menerima kenyataan ini. Sungguh… hehe. Ya gimana ga bisa menerima kenyataan, melihat banyak kuburan di atas gunung!!!
Coba pake logika, di atas gunung tidak ada perkampungan tapi kenapa ada banyak kuburan. Gimana caranya?? Jika ini kuburan adalah kuburan penduduk di sekeliling gunung, bagaimana membawa kerandanya dan apakah memang mau bagi pembawa mayit melintasi terjalnya jalan untuk membawa keranda ke atas puncak gunung yang begitu tinggi. Ah pikirin deh sendiri… abang sudah pusing nih.
Hebatnya lagi kuburan ini adalah bukan kuburan orang lokal setelah saya teliti. Orang-orang yang dikubur disini adalah orang Cirebon. Ini menurut perkiraan saya Karena melihat samara-samar kata-kata cirebon di batu nisan salah satu kuburan. Tambah luar biasa lagi…
Menurut desas-desus dari orang-orang yang saya tanyakan mengenai kenyataan yang ajaib ini ada satu cerita yang turun temurun. Katanya dulu, banyak orang berterbangan membawa keranda ke arah Gunung Sangga Buana. Benar tidak cerita ini Wallahualam, tapi kalau melihat kenyataan, ingin rasanya saya percaya.
Banyaknya orang yang ada di atas puncak gunung ini tak lain karena mereka sedang ziarah karena kebetulan waktu itu adalah bulan mulud. Dimana bulan mulud adalah bulannya para peziarah. Pantesan…
Namun sangat disayangkan, banyak peziarah yang musyrik. Mereka meminta-minta ke kuburan. Disituh ada beberapa kuburan yang diberi saung, satu yang saya perhatikan adalah kuburan Eyang Haji Ganda Malela. Nah kemusyrikan mereka macem-macem. Ada yang minta kaya, ada yang minta suara bagus dan lain sebagainya. Ada yang meyakini, jika ingin kaya, maka kita harus meminta kekuburan yang ini. Jika ingin yang lain minta ke kuburan yang itu. Astaghfirullah. Manusia… manusia.
Kemusyrikan ini didukung oleh berdirinya mushalla yang katanya dibangun oleh seseorang yang sudah berhasil karena mengunjungi gunung tersebut. Gak tahu gimana ceritanya… tapi itulah desas desus yang saya dengar.
Gunung Sangga Buana ini gunung yang indah, begitu kokoh mengapit tiga kota. Ke timur adalah kota Purwakarta, Ke selatan adalah kota Cianjur dan ke barat adalah kota Karawang. Jatiluhur bisa dilihat dari sini secara jelas, dimana menambah keindahan gunung ini.
Keunikan saya temui dari gunung ini adalah Elang Jawa. Kita dapat melihat secara dekat Elang Jawa bersarang di atas pepohonan di atas Gunung Sangga Buana ini. Dan seumur hidup baru sekali saya melihat elang yang begitu besar dan di habitat alaminya.

Selasa, 15 Januari 2013

Bentuk-bentuk Hadist

Pagi sobat blogger, pada pagi ini Kebumen dikerumuni air yang lebat, hati ku terketuk untuk sedikit bersyukur, karena kuliah libur karena hujan ini. haaa, namun di sisi hati ku yang lain merasa rugi kalau aku tak dapat ilmu apa-apa hari ini, (sok bijak dikit). he
yaa, dari pada nganggur di pagi hari, maka aku putuskan untuk nulis di blog saja, dan ku nulis mengenai Bentuk-bentuk hadist, mumpung masih ingat masalah ini lebih baik aku tuliskan. hee
Dalam bentuk-bentuk hadist itu, terdapat beberapa bentuk, yang mana akan saya sebut satu persatu di bawah ini.

  1. Hadist Qauli, yang dimaksud hadist qauli adalah segala sesuatu yang di sandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik itu perkataan, ataupun ucapan yang memuat berbagai maksud, misal peristiwa, dan keadaan yang berkaitan dengan aqidah, syariah, akhlak dan lainnya. Contoh hadist qauli, hadist tentang bacaan Al-Fatihah dalam shalat yang artinya "Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca ummul quran (Al fatihah)".
  2. Hadist Fi'li, yang dimaksud hadist fi'li adalah hadist yang menyebutkan mengenai perbuatan Nabi Muhammad Saw yang sampai kepada kita. misal hadist tentang shalat dan haji. Contoh hadist Fi'li tentang Shalat yang artinya "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat", (HR. Bukhari dan Muslim)
  3. Hadist Taqriri, yang dimaksud hadist Taqriri adalah hadist yang menyebutkan ketetapan Nabi Muhammad Saw, terhadap apa yang datang dari sahabatnya. Nabi Muhammad Saw, membiarkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat apabila memenuhi beberapa syarat, baik itu mengenai pelakunya maupun perbuatannya. contoh hadist taqriri, sikap Rasul Saw membiarkan para sahabat melaksanakan perintah nya, sesuai dengan penafsiran mereka terhadap sabdanya, yaitu: "Janganlah seseorang pun shalat ashar, kecuali bila tiba di Bani Quraizah" (HR. Bukhari). Sebagian sahabat memahami larangan tersebut berdasarkan hakikat perintah tersebut, sehingga mereka tidak melaksanakan shlat ashar pada waktunya. dan segolongan sahabat lainnya memahami perintah tersebut dengan segera menuju Bani Quraizah dan tidak berlama-lama dalam peperangan, sehingga mereka dapat melaksanakan shlat ashar tepat pada waktunya. Sikap para sahabat ini dibiatkan oleh Nabi Muhammad Saw, tanpa menyalahkannya.
  4. Hadist Hammi, yang dimaksud hadist hammi adalah hadist yang menyebutkan keinginan Nabi Muhammad Saw, yang belum terlaksanakan (terealisasikan), seperti keinginan Nabi Saw untuk berpuasa pada tanggal 9 Asyura'. Nabi Muhammad Saw, belum sempat mereaslisasikan keinginannya karena beliau wafat sebelum bulan Asyura'.
  5. Hadist Ahwali, yang dimaksud hadist ahwali adalah hadist yang menyebutkan hal keadaan Nabi Muhammad Saw, yang menyangkut keadaan fisik, sifat, dan kepribadiannya. Misalnya dalam beberapa hadist disebutkan bahwa beliau tidak terlalu tinngi dan terlalu pendek.

Hibah


Hibah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu ia hidup tanpa adanya imbalan sebagai tanda kasih sayang. 
Firman Allah SWT. :
وَأَتَىالْمَالَ عَلَىحُبِّهِ ذَوِىالْقُرْبَىوَالْيَتَمَىوَالْمَسَاكِيْنِ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَالسَّائِلِيْنَ وَفِىالرِّقَابِ
Artinya“Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orangmiskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta dan (memerdekakan) hamba sahaya” (QS. Al Baqarah : 177).
Memberikan Sesutu kepada orang lain, asal barang atau harta itu halal termasuk perbuatan terpuji dan mendapat pahala dari Allah SWT. Untuk itu hibah hukumnya mubah.
Sabda Nabi SAW. :
“Dari Khalid bin Adi, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW. telah bersabda, : “Barang siapa yang diberi oleh saudaranya kebaikan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak ia minta, hendaklah diterima (jangan ditolak). Sesungguhnya yang demikian itu pemberian yangdiberikan Allah kepadanya” (HR. Ahmad).
Hibah adalah Pemberian harta dari seseorang kepada orang lain dengan alih pemilikan untuk dimanfaatkan sesuai kegunaannya dan langsung pindah pemilikannya saat aqad hibah dinyatakan.

1.      Rukun dan Syarat Hibah
a.       Pemberi Hibah (Wahib)
Syarat-syarat pemberi hibah (wahib) adalah sudah baligh, dilakukan atas dasar kemauan sendiri, dibenarkan melakukan tindakan hukum dan orang yang berhak memiliki barang[1]
b.      Penerima Hibah (Mauhub Lahu)
Syarat-syarat penerima hibah (mauhub lahu), diantaranya :
Hendaknya penerima hibah itu terbukti adanya pada waktu dilakukan hibah. Apabila tidak ada secara nyata atau hanya ada atas dasar perkiraan, seperti janin yang masih dalam kandungan ibunya maka ia tidak sah dilakukan hibah kepadanya.

c.       Barang yang dihibahkan (Mauhub)
Syarat-syarat barang yang dihibahkan (Mauhub), diantaranya : jelas terlihat wujudnya, barang yang dihibahkan memiliki nilai atau harga, betul-betul milik pemberi hibah dan dapat dipindahkan status kepemilikannya dari tangan pemberi hibah kepada penerima hibah.
d.      Akad (Ijab dan Qabul),
Akad (ijab qobul) misalnya si penerima menyatakan “saya hibahkan atau kuberikan tanah ini kepadamu”, si penerima menjawab, “ya saya terima pemberian saudara”.

2.       Macam-macam Hibah
Hibah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1.      Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada pihak lain yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau barang tersebut, yang pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan) apapun. Misalnya  menghibahkan rumah, s\\epeda motor, baju dan sebagainya.
2.      Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun materi harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah. Dengan kata lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah hanya memiliki hak guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri dari hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (al-amri). Hibah muajjalah dapat juga dikategorikan pinjaman (ariyah) karena setelah lewat jangka waktu tertentu, barang yang dihibahkan manfaatnya harus dikembalikan.

3.      Mencabut Hibah
Jumhur ulama berpendapat bahwa mencabut hibah itu hukumnya haram, kecualii hibah orang tua terhadap anaknya, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. :
لاَيَحِلُّ لِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَنْ يُعْطِىعَطِيَّةًأَوْيَهَبَ هِبَةً فَيَرْجِعُ فِيْهَا إِلاَّالْوَالِدِفِيْمَايُعْطِىلِوَلَدِهِ
Artinya: “Tidak halal seorang muslim memberikan suatu barang kemudian ia tarik kembali, kecuali seorang bapak kepada anaknya” (HR. Abu Dawud).
Sabda Rasulullah SAW.
Artinya: “Orang yang menarik kembali hibahnya sebagaimana anjing yang muntah lalu dimakannya kembali muntahnya itu” (HR. Bukhari Muslim).[2]

Hibah yang dapat dicabut, diantaranya sebagai berikut :
  1. Hibahnya orang tua (bapak) terhadap anaknya, karena bapak melihat bahwa mencabut itu demi menjaga kemaslahatan anaknya.
  2. Bila dirasakan ada unsur ketidak adilan diantara anak-anaknya, yang menerima hibah..
  3. Apabila dengan adanya hibah itu ada kemungkinan menimbulkan iri hati dan fitnah dari pihak lain.

4.      Hukum hibah
Pada dasarnya memberikan sesuatu kepada oranglain hukumnya adalah mubah(jaiz). Dalam hukum asal mubah tersebut hukum hibah dapat menjadi wajib,haram dan makruh.
a.       Wajib.
Hibah yang diberikan kepada istri dan anak hukumnya wajib sesuai dengan kemampuannya. Rosululloh SAW bersabda yang artinya:
Artinya: “Bertaqwalah kalian kepada Allah dan adillah terhadap anak anak kalian.
b.      Haram
Hibah menjadi haram hukumnya apabila harta yang telah dihibahkan ditarik kembali.
c.       Makruh
Menghibahkan sesuatu dengan maksud mendapatkan imbalan sesuatu baik berimbang maupun lebih banyak hukumnya adalah makhruh.

5.        Hikmah Hibah
Adapun hikmah hibah adalah :
  1. Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama
  2. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong
  3. Dapat mempererat tali silaturahmi
  4. Menghindarkan diri dari berbagai malapetaka.

welcom