Saya punya adik sepupu, namanya Ahmad. Dia putra bungsu tante saya. Hubungan kami berdua sangat dekat, karena memang sedari kecil kami sering main bareng. Kebetulan rumah kami memang berdekatan, baik ketika masih di Lombok dulu, maupun setelah pindah ke Jogja.
Ahmad masih muda, remaja yang sedang berkembang. Penampilannya keren dan dinamis. Senang olahraga dan bermain musik. Ketika sedang menikmati masa mudanya, tak disangka, pada Januari 2011 lalu, dia mendadak jatuh sakit. Ternyata penyakit yang ia derita nggak main-main, tumor otak. Astaga….
Di rumah sakit, Ahmad hanya bisa terbaring di kasur, mengaduh kesakitan seraya memegang kepalanya. Saya sungguh nggak tega ngeliatnya…. Pasti dia kesakitan banget, karena setahu saya selama ini dia itu jarang mengaduh, meskipun sedang sakit….
Secara medis, dokter bilang tumor yang diderita Ahmad nggak bisa diangkat lewat operasi, sebab risikonya sangat tinggi. Kemungkinan sembuhnya sangat sangat sangat kecil. Keluarga besar kami sangat kaget mendengar kabar itu. Saya kurang paham dunia medis, tapi yang saya dengar, tumor yang diderita Ahmad merupakan tumor bawaan lahir, menempel erat di bagian otak yang… saya nggak tahu kata apa yang paling tepat untuk menggambarkannya. Mungkin bisa kita pakai kata krusial.
Intinya, kalau tumor itu diambil, risikonya kalau nggak lumpuh ya meninggal. Tindakan paling baik yang bisa dilakukan adalah menghambat pertumbuhan tumor itu dengan obat-obatan, sambil tentunya berdoa dan mengharap keajaiban.
Setelah keluar dari rumah sakit, keadaan Ahmad berubah total. Fisiknya lemah, responsnya lambat, daya ingatnya menurun drastis, dan keceriaannya hilang. Saya serasa bermimpi dan hampir nggak percaya melihat kondisinya itu. Keadaan berubah begitu cepat. Rasanya baru kemarin saya melihat dia jalan-jalan dengan pacarnya, naik sepeda motor keliling kota. Mendadak dia tidak bisa apa-apa dan harus menahan sakit di kepalanya.
Setelah 6 bulan tersiksa dengan penyakit itu, Ahmad dipanggil Tuhan, tepatnya pada akhir Juni lalu. Sampai detik ini saya masih setengah nggak percaya. Dia masih muda banget, umurnya masih 25 tahun. Sungguh, akhir tahun lalu Ahmad itu adalah pemuda yang aktif, cakep, keren, dan ceria. Asyik menikmati hidup dan kebahagiaan masa muda. Masalah umur atau kematian mungkin sama sekali nggak terpikirkan, seperti kita saat ini. Tapi, kehendak Tuhan memang siapa yang tahu….
Tahun 2009 yang lalu, nenek saya meninggal, dan kami para cucu, termasuk Ahmad, yang mengangkat peti nenek menuju ke pemakaman. Tahun 2011 ini, di rumah duka yang sama, kami para cucu nenek, tanpa Ahmad, kembali mengangkat peti menuju ke pemakaman, kali ini mengantar saudara sepupu kami tercinta….
Selamat jalan Ahmad…. Selamat jalan saudaraku…. Doa kami menyertaimu….
ahmad:foto terakhir kami,(satu dari kanan)
Umur manusia nggak ada yang tahu. Mari kita manfaatkan waktu yang kita punya ini sebaik-baiknya, karena kita tidak tahu kapan waktu itu akan berakhir….
