Sabtu, 11 Juni 2011

TOKOH

Tokoh
25/02/2011 15:24
KHA WAHID HASYIM
Dari Pesantren untuk Bangsa
KH. Abdul Wahid Hasyim adalah putra kelima dari pasangan KH. Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqah binti Kyai Ilyas. Anak lelaki pertama dari 10 bersaudara ini lahir pada hari Jumat legi, Rabiul Awwal 1333 H, bertepatan dengan 1 Juni 1914 M, ketika di rumahnya sedang ramai dengan pengajian.

Wahid Hasyim adalah salah seorang dari sepuluh keturunan langsung KH. Hasyim Asy’ari. Silsilah dari jalur ayah ini bersambung hingga Joko Tingkir, tokoh yang kemudian lebih dikenal dengan Sultan Sutawijaya yang berasal dari kerajaan Demak. Sedangkan dari pihak ibu, silsilah itu betemu pada satu titik, yaitu Sultan Brawijaya V, yang menjadi salah satu raja Kerajaan MAtaram. Sultan Brawijaya V ini juga dikenal dengan sebutan Lembu Peteng.
18/11/2010 16:05
SKESTA-SKETSA BUDAIRY
Bagaimana M Said Budairy Menjadi NU?
SATU PAGI di pengujung April 2009. Said Budairy menerima tiga anakmuda di kediamannya, Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Dia mengenakan baju koko tipis putih dan bersarung. Kopiah putih menutupi rambutnya yang menipis dan beruban. Tiga anakmuda ini generasi baru dari apa yang sudah ditapaki Budary lebih dari setengah abad silam. Satu anakmuda itu bernama Caswiyono Rusydie, satunya Fahsin M. Fa’al. Keduanya aktivis Ikatan Pelajar Putra Nahdlatul Ulama. Mereka datang guna mencari riwayat Kiai Tolchah Mansoer, salah seorang pendiri organisasi pelajar itu.

Ruang tamu kecil. Diisi satu set sofa buat lima orang. Warna kain sofa, biru muda, sudah terlihat kusam. Ada sobekan sepanjang jari kelingking di bagian sofa. Rumah Budairy tanpa halaman. Garasi cukup untuk satu mobil.
29/09/2010 18:48
ABU KEUMALA
Ulama yang Sederhana dan Menyukai Kholwat
Secara umum masyarakat di Aceh lebih mengenal Teungku Haji Syihabuddin Syah dengan nama Abu Keumala, nama tersebut merupakan nama panggilan beliau sewaktu mengaji di Labuhan Haji. Selain sebagai ulama, Abu Keumala juga di kenal sebagai orator ulung di masanya. Keunikan pidato Abu Keumala adalah apa saja yang dilihat atau yang sedang terjadi, bisa beliau ciptakan sebagai perbandingan dalam berpidato, terutama yang menyangkut tentang masalah ketauhidan.

Abu Keumala merupakan pencerah di bidang Tauhid Sehingga beliau juga di gelar sebagai Ulama Tauhid. Disamping mengadakan pengajian dan ceramah, Abu Keumala juga aktif menulis, di antara buku karangan beliau yang terkenal adalah Risalah Makrifah.

Asal usul Seuneuddon merupakan salah satu kecamatan di pesisir Aceh Utara, daerah ini telah banyak melahirkan ulama–ulama besar, tapi kebanyakan ulama tersebut tidak bermukim di Seuneuddon. Di antara ulama besar yang tidak bermukim di Seuneuddon tersebut adalah: Teungku Muhammad (Abu Seuriget) Pimpinan Dayah Darul Mu'arif Langsa, Teungku Muhammad Amin pendiri dayah Malikussaleh Panton Labu (mulai tahun 1965–1975), Teungku Ibrahim Bardan (Abu Panton
14/06/2010 14:34
KH BISYRI MUSTHOFA
Orator, Muallif dan Pengasuh Pesantren
Sebuah berita interlokal dari Drs. M. Zamroni di Semarang, mengabarkan bahwa KH Bisyri Musthofa wafat di Rumah Sakit Umum Daerah Semarang. Serangan jantung dan tekanan darah tinggi ditambah gangguan pada paru-paru yang menyebabkan proses kematiannya begitu cepat, hanya tiga hari saja. Musibah itu terjadi dua minngu setelah meninggalnya KH Muhammad Dahlan, mantan Menteri Agama. Keduanya adalah ulama besar, keduanya tenaga-tenaga penting dalam perjuangan. Kepergiannya adalah suatu kehilangan amat besar. Yang patah memang bisa tumbuh, yang hilang dapat terganti. Tetapi, penggati itu bukan lagi Bisyri Musthofa…..!

Seminggu sebelumnya, di Jakarta, Bisri menyelesaikan kebarangkatan puteranya ke Arab Saudi, melanjutkan sekolah ke Riyadh. Menyelesaikan pula beberapa urusan dengan Majelis Syuro Partai Persatuan. Pulang dari Jakarta terus ke Jombang untuk suatu urusan dengan Rois ‘Aam KH Bisyri Syansuri. Sebenarnya telah terasa juga bahwa kesehatannya mulai terganggu, namun dipaksakan juga untuk mengajar para santri dalam pondok pesantren yang dipimpinnya di Rembang.
30/04/2010 15:57
SYEIKH ABDUL MUNAF BAKRIN
Penyebar Thariqoh Naqsyabandiyah di Bumi Paderi
Sumatera Barat Ranah Minang yang terkenal dengan Adat bersandi Syarak, Syarak bersandi Kitabullah yang dipimpin oleh Tigo Tungku Sajarangan, Ulama, Penghulu dan Cadik Pandai. Para ulama di ranah Minang, sebagai panutan umat biasanya mempunyai keahlian dalam ilmu Syariat, ilmu Thariqat dan seringkali pula melengkapi diri dengan ilmu Pencak Silat. Kisah yang akan kita ikuti kali ini adalah salah satu contoh peran ulama di ranah Minang, dalam membina umat di tengah berbagai goncangan zaman.

Di daerah Pesisir Selatan yang dulu dikenal Banda Sapuluh kemudian Pesisir Selatan dan Kerinci, bermukim seorang ulama panutan umat yang dikenal seluruh lapisan masyarakat yakni Syeikh Abdul Munaf Bakrin yang terkenal dengan panggilan Tuanku lebih populer lagi dengan Buya Lubuk, yang mulanya mengajar ilmu syariat berbentuk halaqah di surau.
16/03/2010 14:18
ABON SAMALANGA
Tgk H Abdul Aziz Bin Shaleh, Lahir Belajar dan Berjuang untuk Dayah
Tgk Abdul Aziz Bin M Shaleh, merupakan tokoh yang cukup berpengaruh bagi masyarakat Aceh. Salah satu perannya adalah, Dayah Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (MUDI Mesra) Samalanga, kabupaten Bireun, sehingga mencapai kemajuan yang amat pesat.

Kemajuan kini diteruskan oleh pengurus sesudah dayah beliau. Pimpinan MUDI Mesra yang baru mengembangkan pendidikan dayah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) tanpa meninggalkan pola pendidikan dayah yang kini memiliki santri sekitar 3.000-an.
28/01/2010 14:55
KH ISHOMUDDIN HADZIK
Gus Ishom Mengenalkan Kembali Karya-karya KH HAsyim Asy'ari
Muhammad Ishomuddin Hadzik atau yang biasa di panggil Gus Ishom merupakan cucu Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dari pasangan Chodidjah Hasyim–Muhammad Hadzik Mahbub. Lahir di Kediri, 18 Juli 1965 M dan selanjutnya sejak kecil akrab dipanggil Gus Ishom.

Sejak kecil, Ishom telah diperkenalkan kepada kehidupan pesantren yang sarat dengan pendidikan agama. Pada usia yang tergolong anak-anak, Ishom telah menunjukkan ketertarikan kepada ilmu-ilmu agama. Pada usia 7 tahun, setiap bulan Ramadhan, Ishom kecil selalu melakukan tarawih dimasjid Pondok Pesantren Tebuireng dan selalu berada dibelakang imam.

Di luar bulan Ramadhan, Ishom kecil juga shalat maghrib berjamaah dimasjid Pondok Pesa
12/12/2009 22:30
KH RADEN ASNAWI
Berjalan Kaki 18 Km. ke Gunung Muria untuk Mengajar
Kudus adalah daerah yang terkenal dengan nama kota Kretek dan kota Santri dalam wilayah propinsi Jawa Tengah. Kota ini dibangun oleh Sunan Kudus (Sayyid Ja’far Shodiq) dengan rentetan historisitas yang berpusat pada kerajaan Islam pertama di Jawa (Demak). Hal ini ditengarai dari inskripsi batu nisan yang ada di atas mihrab Masjid al-Aqsha Menara Kudus.

Di belakang Masjid al-Aqsa Menara Kudus inilah, di Komplek Makam Sunan Kudus, hampir selalu ada saja yang mengaji. Baik yang dengan tujuan untuk berziarah, maupun santri yang niat tabarrukan agar diberi kemudahan dalam berbagai urusan. Di antara deretan nisan di komplek makam tersebut, terdapat makam KH Raden Asnawi. Salah seorang ulama keturunan ke-14 Sunan Kudus (Raden Ja’far Shodiq) dan keturunan ke-5 KH Mutamakkin Kajen, Margoyoso, Pati.

Kelahiran Pada hari Jum’at Pon, kisaran tahun 1861 M (1281 H) di daerah Damaran lahir seorang bayi yang diberi nama Raden Ahmad Syamsyi. Putra dari pasangan H. Abd
26/10/2009 03:03
SYEIKH YUSUF AL-MAKASSARI
Pejuang yang Berdakwah Tanpa Henti
Muhammad Yusuf lahir di Gowa Sulawesi Selatan pada 13 Juli 1627. Ayahnya bernama Abdullah, sementara ibunya adalah seorang wanita keluarga Kerajaan Gowa Sultan Ala’uddin yang bernama Aminah. Nama Muhammad Yusuf diberikan oleh Sultan Ala’uddin sendiri.

Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan Islam yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Kerajaan ini terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Gowa dan beberapa kabupaten di sekitarnya termasuk Kotamadya Makassar.

Muhammad Yusuf dididik menurut tradisi Islam, diajari bahasa Arab, fikih, tauhid dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya sejak d
17/09/2009 17:03
AGH. MUHAMMAD AS'AD (1906 - 1952)
Bermula dari Pengajian Halaqoh di Rumahnya
Anre Gurutta (AG) H. M. As’ad. (Dalam masyarakat Bugis dahulu beliau digelar Anre Gurutta Puang Aji Sade’). Beliau merupakan Mahaguru dari Gurutta Ambo Dalle (1900 - 1996), adalah putra Bugis, yang lahir di Mekkah pada hari Senin 12 Rabi’ul Akhir 1326 H/1907 M dari pasangan Syekh H. Abd. Rasyid, seorang ulama asal Bugis yang bermukim di Makkah al-Mukarramah, dengan Hj. St. Saleha binti H. Abd. Rahman yang bergelar Guru Terru al-Bugisiy.

Pada akhir tahun 1347 H/1928 M, dalam usia sekitar 21 tahun. AG H. M. As’ad merasa terpanggil untuk pulang ke tanah leluhur, tanah Bugis, guna menyebarkan dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk tanah Wajo khususnya, dan Sulawesi pada umumnya.
Page: [1 - 7]
1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

welcom